Tiga Kampus dan Komunitas, MG LPDP Sultra Fokus Bakti Sosial di Desa Sampuabalo

waktu baca 4 menit
Perwakilan mahasiswa bersama Duprin. (Sumber Foto: rri.co.id)

BUTON, TRIASPOLITIKA.ID – Mata Garuda (MG) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengadakan kunjungan di desa Sampuabalo, Kabupaten Buton sebagai bagian dari program Literasi Visit Villages jilid XI.

Mengusung tema ‘Bangun Desa dari Desa dengan Pendidikan’ MG LPDP Sultra bekerja sama dengan BEM Universitas Muslim Buton, Produser Film La Karambau Alan ASJKG, Sekolah Jelajah Dunia (SJD), Sikola Pesisir rintisan Karang Taruna Pemuda Desa Sampuabalo, KAMMI Unidayan, dan mahasiswa KKA Universitas Muhammadiyah Buton serta partisipasi dari salah satu pengurus Komunitas Mahasiswa Baubau Yogyakarta (KMBY).

Kepala Sekolah SJD Suhardiyanto membuka kegiatan dengan penguatan bahwa Bagian penting dari membangun sebuah desa adalah membangun jiwanya. “Pembangunan ini, bisa dimulai dari memperkuat sendi-sendi pendidikan baik yang bergerak di bidang formal, informal dan nonformal,”ungkapnya Minggu,(31/10/2021).

Kegiatan yang diadakan oleh Mata Garuda Sultra berkolaborasi dengan Sekolah Jelajah Dunia, Sikola Pesisir, Karang Taruna Kaindea, Himpunan Mahasiswa Sampuabalo (HIPPSAM),  dan BEM Universitas Muslim Buton, merupakan kolaborasi yang efektif untuk  membangun desa, dari desa untuk desa.

Sebelumnya pada  9 -11 Oktober , MG LPDP Sultra juga turun ke desa Sampuabalo untuk kegiatan yang sama.

Sementara berbicara soal film, Seikh Jaelani atau yang biasa disapa Alan ASJKG sutradara film La Karambau itu mendukung dengan pandangan bahwa Industri Film Indonesia Sudah mulai maju.

“Kita yang berada di Wilayah  Indonesia tengah tidak boleh ketinggalan dalam mengikuti Industri ini, oleh sebab itu saya mulai menerapkan di beberapa desa yang saya kunjungi melalui program kolaborasi,”tutur Alan.

Di desa Sampuabalo bersama 50 peserta didik, Ia juga  berbagi cara membuat scenario, belajar peran dalam drama, cara shooting menggunakan kamera, dan lainnya.

“Contohnya seperti Hp yang kita gunakan bisa menjadi Modal Awal dalam pengembangan pembuatan video, dan Film pendek,”tambahnya.

Ditempat yang sama, Ketua Karang Taruna La Ode Duprin terkesan dengan kedatangan para mahasiswa. Menurutnya, kegiatan tersebut membantu pihaknya untuk mendapatkan pemahaman dan pelajaran baru.

“Suasana dan konsep belajarnya menyenangkan, anak – anak sangat suka dan mereka sangat terlihat bahagia, kakak – kakak pengajar baik dan ramah serta sabaran menghadapi anak-anak kami yang multi karakter,”kata Duprin.

Ia berpesan agar  Kolaborasi tetap  berjalan dan sustainable (berkelanjutan), mengingat akses informasi utamanya pendidikan diwilayah tersebut cukup minim.

“Kami menyadari kelemahan dan kekurangan kami, terlebih akses informasi terkait pendidikan, maka besar harapan kami next time hadirkan lagi banyak informasi ke kami, baik tentang beasiswa juga tentang macam profesi,”harapnya.

Ia juga menambahkan, bahwa semangat adik-adik Sikola Pesisir Sampuabalo sangatlah besar untuk mempersiapkan diri untuk lulus beasiswa LPDP atau mengikuti program belajar lainnya yang nantinya akan menambah pengetahuan,

Nasrun sebagai ketua panitia baksos  turut mengambil andil sebagai tutor adik-adik Sekolah Dasar.

Ia memberikan pesan bahwa Wawasan, dan kapasitas diri adik-adik wajib dikembangkan. Kesuksesan para peserta wajib disertai keikhlasan dan ibadah. “Insyallah berkah dan selamat dunia akhirat. Setelah menempuh pendidikan, pulanglah bangun desa,”imbuhnya.

Ia menyimpulkan bahwa Inspirasi menjadi kunci, agar semua mau berpartisipasi. Oleh sebab itu pentingnya menghadirkan role model atau teladan bagi adik-adik  di desa. Bahu-membahu perbaiki negeri, bersama-sama mengabdi tanpa henti.

Sementara itu, Ketua Mata Garuda LPDP Sulawesi Tenggara Anna Nurawalia menutup dengan menegaskan bahwa kerja sama-sama adalah strategi utama untuk memajukan sebuah daerah dan bijaksananya inisiatif itu dimulai oleh akademisi atau mahasiswa yang berasal dari kampus-kampus, komunitas, dan pemerintah setempat.

“Sebab itu saya memulai kolaborasi dengan menyatukan jeket kampus yang berwarna-warni ini untuk memberi nyawa pada nafas pendidikan di desa-desa kepulauan Buton,”ungkap Anna.

Dosen UMU Buton itu juga mengapresiasi pada tim panitia baik diantaranya  BEM UMUButon Nasrun sebagai ketua panitia baksos, Dira sebagai ketua panitia baksos sebelumnya, ketua BEM FKIP Sherly, Irma, Dwi, Wiwin, Nanda, Roland, Tini, Juan, dan lainnya serta tim pengurus MG LPDPSultra, tim SJD, tim karangtaruna, dan Sutradara Alan ASJKG yang telah mengupayakan berbagai macam usaha agar kegiatan ini terlaksana.

“Kami turun berbagi pengetahuan dan informasi beasiswa, buku-buku bacaan, buku tulis, dan juga beberapa hadiah sembako. Harapan kami anak-anak tidak boleh putus sekolah. Jika permasalahannya adalah ekonomi, maka beasiswa LPDP serta masih banyak lagi beasiswa dan program belajar gratis lainnya adalah jawabannya,”tuturnya.

Ia menilai, Fasilitas utama yang diperlukan adalah kemauan belajar, mendengarkan nasehat, dan membaca buku. Dengan begitu, kedepannya akan ada program menyatukan seluruh warna jeket, tanpa sekat, tanpa batas, turun bersama untuk rakyat.

Kegiatan kunjungan desa ke desa tersebut  dirangkaikan dengan sosialisasi beasiswa LPDP dan donasi amal yang dihadiri pula oleh ketua BEM FKIP UMU Buton dan jajarannya.

“Semoga dengan adanya kegiatan seperti ini akan menjadi ajang silaturahmi bagi kita semua dan akan menumbuh kembangkan kesadaran generasi kita semua akan pentingnya menempuh jalur pendidikan. Pendidikan adalah wadah pembuka cakrawala berpikir, pembuka sekat, dan perangkul komunitas,”tutup Sherly selaku Ketua BEM FKIP.

Sumber: rri.co.id

error: Content is protected !!