Modalitas Kandidat
OLEH: Muhammad Kurniawan Malik, S.Sos
(Alumni Ilmu Administrasi Negara, FISIP UHO Kendari/Mahasiswa Pasca Sarjana Departemen Ilmu Politik, FISIP Unhas Makassar).
Hiruk pikuk berpolitik Nasional sudah mulai hangat sejak setahun terakhir, partai politik sudah mulai memanaskan mesin partainya guna menyambut pemilu 2024 mendatang. Proses kandidat juga terus dilakukan dan mematangkan dari waktu ke waktu guna memperoleh jagoan nya untuk dijadikan kandidat Bacapres dan Bacawapres di pemilu mendatang.
Pemilu yang merupakan wahana memilih pemimpin secara demokratis yang menjadi sirkulasi kekuasaan secara periodik harusnya dijadikan momentum perbaikan Nasib Bangsa dari segala aspek sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada Masyarakat umum.
Dari proses kandidat yang terjadi ada tiga nama calon bacapres yang sudah mengerucut di ruang publik, dari ketiga nama calon tersebut masing-masing punya moralitas tersendiri.
Dari perspektif ilmu politik kandidat minimal memiliki empat modalitas untuk bisa memenangkan proses kontestasi dalam pemilihan umum, yaitu yang pertama modal ekonomi, modal ekonomi berkaitan dengan pembiayaan oprasionalisasi mesin politik atau yang biasa kita kenal dengan istilah cost politik, mengingat sistem pemilu kita yang menganut sistem “one man one voute” menjadikan setiap kandidat harus mampu menjangkau seluruh wilayah pemilihan yang ada sehingga membutuhkan biaya politik yang cukup besar.
Yang kedua yaitu modal sosial, modal sosial biasanya ini berkaitan dengan popularitas kandidat apakah dia memiliki tingkat popularitas yang kuat di masyarakat atau tidak, yang ketiga yaitu modal kultural, modal kultural berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya premordialisme yaitu asal usul daerah, suku, identitas agama atau hal-hal lain yang berkaitan dengan yang sifatnya kultural, modal ini penting karena dalam kultur politik di Indonesia hal-hal semacam ini masih dijadikan indikator dalam menentukan kandidat calon presiden dan wakil presiden.
Dan modal yang terakhir adalah modal simbolik, modal simbolik biasanya berkaitan dengan kapabilitas atau kemampuan individual yaitu latar belakang pendidikan, pengalaman dan atau rekam jejak jabatan publik yang pernah diemban nya dimasa lalu. Empat modalitas ini harusnya bisa dijadikan preferensi pilihan politik dari Masyarakat dalam memilih calon pemimpinnya dimasa depan.
Dari seluruh penjelasan tadi semuanya bermuara pada sistem kandidat yang terjadi di internal partai politik, apakah mereka mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya fundamental atau hanya sekedar tukar tambah kuantitatif demi memperoleh kekuasaan.(*)