Dua Putra Busel Sebut Teluk Lande dan Sampolawa Potensi Ekonomi baru yang Perlu Dikembangkan
BUSEL, TP – Luapan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) di Kabupaten Buton Selatan (Busel), diurai habis oleh dua lelaki berdarah Busel, sekaligus alumni SMA 4 Baubau ini.
Ke – duanya yakni kelahiran Kaofe (Kadatua) Samirudin Magister Manajemen Bisnis dan Doktor Ekonomi, dan kelahiran Wapulaka (Bahari) Kecamatan Sampolawa, Harimmudin SH, eks Asisten Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) 2012-2014.
Potensi Busel saat wawancara triaspolitika.id, (06/9/2020) lalu, One by one (satu persatu) terpaparkan.
Dilihat dari sisi topografi, Busel terdiri dari Laut dan Pulau-pulau kecil. Pulau Kadatua, Pulau Tongkido, Pulau Siompu, dan Pulau Batuatas. Sedang, pemukiman masyarakat mayoritas di pesisir, lainnya diluar pesisir, seperti masyarakat Lapandewa dan Gunung sejuk.
Menurut Samirudin, pengembangan destinasi pariwisata dan budidaya perikanan lebih tepat dibangun pada kawasan teluk Lande dan Sampolawa. Pasalnya, masyarakat yang berada di Kecamatan Sampolawa, Batauga, Lapandewa dan pulau Batuatas, dapat merasakan manfaat ekonomi secara langsung.
“Potensi itu meliputi industri perikanan Tuna, budidaya ikan kerapu, agar-agar/rumput laut, dan sektor pariwisata,” jelas Samirudin.
Selanjutnya kata dia, masuk pada langkah penguatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi di bidang kemaritiman.
“Kapabilitas SDM di Buton Selatan masih kurang, terutama yang memiliki spesialisasi keahlian dibidang maritim,” tuturnya.
Busel kaya akan limpahan potensi alam yang amat menonjol, mulai dari sektor Perikanan, Pertanian, Pariwisata, hingga sektor Pertambangan.
Terkuak, pengembangan sektor perikanan terspesifik di dikawasan teluk Lande, teluk Sampolawa dan pulau Batuatas. tersimpan potensi kekayaan alam, asri dan belum terjamah.
Sejalan dengan Samirudin, Harimmudin juga mengatakan, bahwasanya teluk Lande dan teluk Sampolawa potensial budidaya perikanan dan tumbuhan laut lainnya.
“Dua teluk itu, cocok untuk budidaya. Saya lebih suka bicara teknis, yang mikro-mikro saja, karena yang paling ril lebih kelihatan dimata masyarakat,” ungkapnya ke triaspolitika.id. (06/9/2010).
“Di teluk Lande, bisa rumput laut, tapi lebih tepat potensinya itu di budidaya ikan kerapu,” akunya.
Kata dia, budidaya ikan kerapu relatif mudah, selain pasarannya tidak sulit, bisa langsung eksportir, dan bisa juga kapal eksportir masuk di teluk Lande untuk mengambil langsung di lokasi budidaya (kerambah).
Pengalaman saat di KKP, saat bersama Ibu Suci (eks Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2014-2019), ia banyak belajar saat kunjungi pulau Natuna mayoritas nelayan budidaya ikan kerapu hidup dengan kerambah, katanya.
“Karena didukung harga tinggi, begitupun potensi di Buton Selatan, utamanya bagi saya di dua teluk itu,” terangnya.
Busel merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam garis nasional, penghubung antara kawasan Barat, Timur bahkan Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini sejalan dengan Visi Misi Presiden RI Ir.Joko Widodo (Jokowi), dikenal sebagai kawasan poros maritim.
Disamping itu, tidak kalah menariknya (exciting, red), teluk Sampolawa potensinya pada budidaya rumput laut (agar-agar).
“Seluruh potensi ini, musti didukung dengan mutu, sehingga diharapkan adanya keterlibatan pemerintah, baik disegi fasilitas teknis hingga eksploitasi market ke sentra-sentra industri,” ujar Harimuddin.
Harimmudin pun singgung soal potensi di Pulau Batuatas. Terutama pembudidayaan ikan Tuna, serta kawasannya sangat tepat menjadi sentral pengelolaan ikan segar.
Kata dia, selama ini ikan hasil tangkapan nelayan selalu dibawa ke Lande. Ini juga menurunkan kualitas ikan. Pasalnya, massa kesegaran ikan segera hilang akibat waktu yang dipakai dari Batuatas ke Lande.
“Kalau sudah dipusatkan di Batuatas, yang butuh ikan fresh tidak usah lagi ke Lande, tapi kapal-kapal bisa langsung ke Batuatas,” ucapnya.
Bahkan Harimmudin punya mimpi, pulau Batuatas punya Bandara khusus sebagai akses cepat pemasaran pada lintas Nasional.
Faktanya saat ini, banyaknya nelayan Busel ekspansi keluar daerah, ini menjadi tugas penting pemerintah sesuai amanat konstitusi UUD 1945 pasal 33 ‘Bumi, Air, kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
“Meski mudah mengelola potensi itu, tetapi jika tidak terkelola baik pola pemasarannya tentu juga tidak bisa, ini musti menjadi perhatian khusus,” pintanya.
“Inilah yang harusnya menjadi paradigma pembangunan kita. Mindset pejabat, baik Bupati, Gubernur, dan Presiden sekalipun, mindset/paradigma kepada kesejahteraan dan juga keberlanjutan nya. Tetapi jangan sewenang-wenang,” jelasnya.
Reporter : ATUL