Udin Sang Penderita Kusta
- Penulis: Dekri Adriadi
Udin adalah seorang penderita Kusta asal Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Udin bukan nama asli. Saya menulis nama Udin ini mengambil dari sepenggal nama lengkapnya saja. Karena Udin tidak mau jika namanya harus dibeberkan, kendati ia sudah sembuh dari penyakit menular yang sempat ia derita selama beberapa bulan lamanya.
Identitas Udin saya temukan setelah menginterviu salah seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kolaka. Namanya dr. Muh Aris, beliau juga merupakan seorang Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka.
Setelah interviu dr. Aris selama beberapa jam di ruang kerjanya, tidak menunggu lama saya kemudian mencari tahu rumah Udin, untuk berbincang-bincang seputar pengalamannya usai menderita penyakit Kusta. Saya hanya pergi sendiri, tidak membawa teman. Karena saya khawatir jika membawa teman, saya tidak akan leluasa berbincang dengan Udin.
Saya kemudian meninggalkan kota Kolaka dengan satu misi bertemu langsung dengan Udin. Setelah mengemudi melalui jalur yang cukup berkelok, akhirnya saya menemukan juga rumah Udin.
Saya cukup beruntung, karena bisa bertemu langsung dengan Udin. Sebab kata tetangga, Udin jarang ada di rumahnya karena sibuk mengelola kebun cengkeh miliknya yang ada di Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara.
Udin sempat terkejut karena kedatangan saya. Sebab, belum pernah membuat janji sebelumnya. Saya kemudian memperkenalkan diri kepada Udin, kami berdua kemudian berbincang-bincang selama beberapa jam.
Banyak hal yang menarik yang saya simak dari cerita Udin. Dari orang yang dikucilkan keluarga dan masyarakat hingga kini sukses raup cuan dengan kebun cengkeh miliknya.
- Diberi Makan dari Tetangga
Udin menceritakan saat ia menderita penyakit Kusta, kala itu Udin hanya tinggal berdua dengan saudaranya yang berprofesi sebagai sopir angkutan kota. Stigma buruk tentang penyakit Kusta dapat menular juga sangat dialami Udin. Jangankan tetangga, Kerabat, saudara kandung Udin pun ikut mengucilkan Udin kala itu.
Kata Udin, untuk menghindari penularan penyakit yang ia derita saat itu, saudaranya membuat sekat atau pembatas di rumah mereka. Saudara Udin juga tidak menetap tinggal di rumah bersama Udin, mungkin karena takut tertular dengan penyakit Kusta yang diderita Udin.
Mata udin seperti berkaca-kaca saat menceritakan itu. Sembari meminum segelas kopi buatan Udin, saya kemudian meminta Udin untuk melanjutkan kisahnya. Kata Udin, kala itu ia bertahan hidup dari belas kasih tetangganya. Tetangga Udin yang kerap mengantarkan makanan untuknya. Udin diberi makan menggunakan piring plastik, yang diletakan di jendela rumah Udin. Piring bekas yang digunakan Udin juga tidak diambil lagi oleh tetangganya.
- WHO Bertandang ke Rumah Udin
Udin kala itu hanya bisa berdiam diri di dalamn rumahnya. Seperti tidak ada gairah hidup lagi. Udin termasuk salah seorang penderita Kusta yang cukup kronis untuk di wilayah Kabupaten Kolaka. Kata dokter, Udin menderita penyakit Kusta jenis Tuberkuloid karena lutut Udin nampak kaku dan kering saat ditemui.
Kata dokter, meski Udin menderita kusta yang tergolong ringan dan bentuknya tidak begitu parah, namun kusta satu ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan serta dapat menyebabkan cacat pada jari tangan dan kaki jika tidak segera diobati.
Petugas kesehatan tidak tinggal diam melihat kondisi Udin. Udin kemudian mulai mendapat penanganan yang cukup serius dari tenaga medis. Setiap pagi Udin di urut.
Setelah menjalani penanganan medis selama beberapa bulan, konsultan kusta dari World Health Organization (WHO) kemudian berkunjung melihat kondisi Udin. Saat tiba di kediaman Udin, petugas medis yang tengah melakukan penanganan pun disarankan, untuk segera rujuk Udin ke Makassar, Sulawesi Selatan. Namun pihak Dinas Kesehatan Kolaka yakin jika Udin bisa disembuhkan dengan pengobatan secara rutin. Udin kemudian mendapat pengobatan secara rutin dari Dinas Kesehatan Kolaka.
- Udin Tidak Keluar Rumah
Petugas kemudian bersepakat untuk mengobati Udin secara rutin hingga sembuh. Selama pengobatan, Udin hanya berdiam diri di dalam rumah. Kata Udin, saking lamanya berada di dalam rumah selama beberapa bulan, rambutnya pun kian panjang. Tidak ada yang berani menggunting rambut Udin, semua memiliki alasan yang sama yaitu takut tertular penyakit Udin.
- Udin Sembuh Total
Udin yang dulu bukanlah yang sekarang. Kini dia sudah sembuh total, saya pun tidak menemukan sedikitpun bekas Kusta di tubuhnya. Mulus sekali, seperti orang yang tidak pernah terjangkit Kusta.
Rambutnya juga sudah rapih. Dia cukur cepak. Saya bahkan serasa lagi berbincang dengan anggota militer berpangkat Sersan Mayor.
Dikatakan Udin, setelah menjalani pengobatan secara rutin selama 12 bulan, ia akhirnya bisa kembali menghirup keramaian kota. Sebab, di bulan ke 14 atau satu tahun dua bulan usai dinyatakan sembuh, oleh dokter, Udin kemudian dipanggil oleh adik perempuannya untuk mengelola kebun mereka.
Udin pun mencoba mengelola kebun peninggalan orang tuanya yang ada di Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara. Hanya butuh enam tahun, kini Udin sudah bisa meraup cuan dari jerih payahnya. Kata Udin setiap sekali panen kebun cengkeh miliknya, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Berkat ketekunan Udin berobat saat menderita Kusta beberapa tahun, kini ia sudah bisa membangun rumahnya.
Udin menitip pesan, ”Setiap penyakit yang diberikan ke manusia pasti ada obatnya. Asalkan orang itu mau berobat dan menerima saran dari petugas kesehatan,”.
Udin berharap penderita Kusta diluar sana bisa memotifasi diri untuk tetap bertahan hidup. Yang terpenting kata Udin, berobat secara rutin.(*)