Samirudin Support Pembangunan Industri Air Mineral di Siompu

waktu baca 3 menit
Dr. Samirudin

 

BUSEL, TP – Magister manajemen bisnis serta doktor ekonomi, Samirudin, sangat mensuport pembangunan industri air mineral yang terletak di Desa Wakinamboro, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menariknya, kata dia air Wakinamboro mutu kualitasnya terjaga keasriannya. Air nya yang sangat dingin dan punya sensasi segar jika diminum. Bahkan saat musim kemarau, air nya tidak mengalami kekeringan.

“Sangat dingin kalau kita minum, dan segar,” akunya.

Diketahui, air ini berasal dari dalam liang (goa) di kedalaman kurang lebih 50 meter atau sekitar 72 anak tangga, dapat kita temui air yang mengalir seperti aliran sungai yang mengalir didalam liang gua.

Sambungnya, “Secara fisik, air nya kalau dimasak tidak ada kapurnya, jernih bahkan minim pencemaran,” ungkapnya ke triaspolitika.id. Selasa, (01/9/2020)

Samirudin juga mengatakan, sisi positifnya menambah peluang lapangan kerja, terlebih daya guna Sumber Daya Alam (SDA) ini lebih kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Desa, juga tumbuhnya level kesejahteraan di masyarakat.

“Ini menjadi cikal-bakal Busel yang potensial, bahkan menjadi brand, dan tidak menutup kemungkinan tersebar di beberapa wilayah lain,” jelasnya.

Kenapa tidak, “Saya sangat setuju, bukan hanya menjanjikan ataupun ekonomis, tetapi tingginya permintaan yang bukan saja di Buton Selatan, di beberapa daerah lain pun besar permintaannya,”

Sebelumnya, triaspolitika.id merilis Samirudin siap pasarakan Bawang Merah Lapandewa di Papua yang terbit Saptu (29/8/2020). Luar biasanya, kini ia (Dr.Samirudin) putuskan support penuh pembangunan industri tersebut.

Sejalan dengan Samirudin, Kepala Desa (Kades) Wakinamboro, La One (54), turut menjawab saat di konfirmasi pada Kamis (3/9) lalu,

“Air ini sama seperti kita minum air es, dingin sekali. Kalau kita masak air nya tidak punya kapur,” terangnya.

Saati ini, Kata Kades selain proses pembangunan nya terus berlanjut, sekaligus proses syarat administrasi, yakni BPOM, label Halal dan SNI, dalam proses perampungan.

“Ketika sudah berhasil kan bukan untuk saya, tapi untuk mereka juga, untuk PAD nya Desa” imbuhnya.

Inisiatif dan ide industri ini, kata dia tak semudah membalikkan telapak tangan, semua melalui perembukan di forum rapat, antara masyarakat, perangkat desa dan para tokoh-tokoh.

“Proses ini tidak semudah membalikkan tangan, banyak lika-likunya, tapi alhamdulilah saat ini pembangunan terus berlanjut,” ungkapnya.

Informasi yang berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa air Wakinamboro pertama kali didapat pada tahun 1963. Berawal, beberapa orang anak yang sedang bermain petak umpet, tak sengaja seorang anak sembunyi didalam liang (goa).

Nama Wakinamboro pun diketahui berasal dari salah satu jenis tumbuhan yang buahnya berbentuk model payung. Takjubnya, buah tanaman jika jatuh ke tanah karena bantuan tiupan angin, dengan sendirinya tumbuh.

“Itu pun menjadi keyakinan masyarakat di Desa Wakinamboro, bermakna dimana pun masyarakat berada akan tumbuh,” tutur Kades.

Sebelumnya, PDAM Busel pernah meminta untuk mengelolanya, namun ditolak sesuai hasil rembuk para tokoh-tokoh, disimpulkan untuk dikelola sendiri oleh Desa guna kepentingan masyarakat desa.

Kini, Sumber air saat ini dijaga dan tidak diperbolehkan untuk mandi didalam sumber air tersebut.

Kades berharap, agar proses pembangunan ini dapat rampung di 2021, sesuai target rencana. Projek ini murni bersumber dari Dana Desa (DD).

“Saya ber-Do’a sesuai target agar di 2021 bisa rampung,” tandasnya.

Reporter : ATUL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *