Samirudin Siap Pasarkan Bawang Lapandewa di Papua

waktu baca 3 menit
Samirudin, seorang wirausahawan lulusan Magister Manajemen Bisnis dan Doktor Ekonomi sedang praktisi pasar komoditas bawang merah.

BUSEL, TP – Komoditi Bawang Merah Lapandewa, di Kabupaten Buton Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara (Sultra), di prioritas masuk market diwilayah Timur Indonesia (Papua), oleh seorang wirausahawan lulusan Magister Manajemen Bisnis dan Doktor Ekonomi, Samirudin.

Melalui sambungan via telepon, Kamis (24/8). Samirudin mengatakan, dirinya siap lakukan praktisi pasar (komoditi,red) Bawang Merah hasil budidaya masyarakat petani yang ada di Kecamatan Lapandewa.

“Karena bicara sumber daya alam sama dengan bicara pasar dan sumber daya manusianya,” urainya.

Pasalnya, kata Samirudin hal ini selain menambah minat masyarakat yang berprofesi petani, juga dapat mengurangi angka pengangguran, dan terlebih angka kesejahteraan ekonomi masyarakat petani meningkat.

Selain mengingat begitu pesatnya kebutuhan bawang merah di Papua, maka peluang ini selain menjadi keuntungan besar, tentu akan mengangkat nama Buton Selatan

“Kenapa tidak jika ini menjadi salah satu brand khusus, bahkan ikon untuk Busel kedepannya,” tekannya harap.

Sebelumnya, Samirudin ditemani Ketua DPD Golkar Buton Selatan (Busel) Hasrul Saadi SE, turun sambangi dan diskusi langsung ke masyarakat petani bawang yang ada di Desa Burangasih Rumbia, Kecamatan Lapandewa, Busel.

Dalam pertemuan tersebut, La Ode Harunu seorang petani bawang mengatakan, dirinya berharap adanya irigasi demi memudahkan kebutuhan air, terutama saluran pipa Air PDAM yang bisa tersambung masuk ke areal kebun mereka, katanya.

“Kita juga harap bantuan bibit, yang sekaligus diadakannya obat pembasmi hama lengkap dengan sprayer,” imbuh Harunu

Hanya saja, Harunu berkeluh jika tanaman bawang kerap diganggu oleh hama,  minimnya pupuk, juga irigasi (aliran air) untuk kebutuhan air tanaman.

Sejalan dengan Samirudin, Prof. Dr. HALIM, SP MP seorang Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluleo, pun menanggapi.

Kata dia, poin penting pada budidaya bawang merah, harus selaras (sesuai), mulai dari perkembangan/input teknologi, kebutuhan pupuk organik, pH tanah (gembui), terakhir Sumber Daya Manusia (SDM) Petani.

“Bila semua sejalan, tentu ini peluang besar terhadap ekonomi masyarakat,” jelasnya, melalui via telepon, Selasa (25/8).

Soal SDM, kata dia bisa dibentuk penyuluhan, ini pun mengarahkan para petani jauh lebih baik.

“Kita ajak mereka, dan ini tugas kita bersama, meyakinkan petani dengan input tekhnologi,” harapnya.

ia juga menyebutkan, era teknologi saat ini pemasaran sudah jauh lebih mudah. Sehinga petani dapat memutus pola strategi pemasaran dengan pihak penampung/tengkulak.

“Cukup menarik untuk dikembangkan, bawang ini kan dibutuhkan setiap saat,” ungkapnya.

Selain potensi market, Buton Selatan pun diketahui adalah wilayah penghasil Bawang merah terbesar se-Kepulauan Buton. Menariknya, potensi komoditi ini berpeluang masuk dalam perdagangan Nasional.

“Petani adalah kunci ekonomi, jadi saat ini bagaimana agar petani yakin, dan ini tugas kita bersama,” tutup Profesor.

Reporter : ATUL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!