Samirudin: MOU Dunia Industri adalah cara atasi Pengangguran di Buton Selatan
BUSEL, TP – Cita-cita setiap daerah termaksud Kabupaten Buton Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara (Sultra), selain potensi sumber daya alam nya (SDA) dapat dijadikan sebagai kearifan lokal, juga sumber daya manusia nya (SDM). Kedua hal tersebut merupakan pelopor dan pendorong utama dalam mengurangi angka pengangguran di suatu wilayah.
Posisi ini direspon langsung Samirudin. Samirudin, berkomitmen bakal mendorong lahirnya SDM yang mumpuni di Busel. “Komptensi pendidikan itu pelopor pembangunan di masyarakat, daerah akan lambat tanpa SDM,” kata Samirudin.
Bicara soal potensi pendidikan Busel, terlihat cukup jelas khususnya pola penyatuan antara empat kearifan lokal, Pertanian, Perikanan, Perkebunan, dan Perdagangan terpadu oleh kompetensi ilmu secara kolektif.
“Busel start dari nol, dimulai dari rel yang benar, visi-misi harus sesuai dan fokusnya antara kearifan lokal dengan potensi dunia pendidikan,” tuturnya.
Sebelumnya, berangkat dari pengalaman Samirudin saat jabat Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Negeri 2 Kaimana (Papua) pada 2014-2017, ia mampu dan terbukti menghasilkan lulusan-lulusan handal yang kompenten diberbagai bidang kerja.
Peluang kerja tidak dilihat hanya sebatas keterampilan, tapi kemajuan berpikir, dengan menciptakan kerjasama dibidang industri sesuai potensi kearifan lokal yang ada di daerah.
Cara jitu ini, mampu sukseskan Samirudin dalam dunia pendidikan. Teknisnya tak lain yaitu menciptakan pola kerjasama MoU (nota kesepahaman) sebanyak-banyaknya dengan berbagai industri, baik lokal, nasional hingga pihak mancanegara sesuai kearifan lokal pada suatu daerah.
“Sehingga bekal lulus nanti, tidak lagi harus menunggu/menganggur,” terangnya.
Hadirnya MoU dengan berbagai pihak pemilik industri, representasi hidupnya kompentensi suatu wawasan berpikir.
“Kalau kita mau maju sudah harus begitu. Lapangan kerja akan tumbuh, jika kita terus bangun kerjasama melalui MoU, mau yang berhubungan dengan pasar, industri, ataupun kerjasama di potensi kekayaan SDA,” jelasnya.
Menariknya, MoU dengan berbagai industri ini, selain kompenten ilmu, bakat, hingga keahlian pun dimiliki. Pasalnya, setiap industri punya kurikulum yang berpotensi mengisi leading sektor saat didunia kerja.
“Jadi tidak bingung lagi, karena generasi kita siap pakai di dunia kerja, apa lagi bisa membuka lapangan kerja baru, inilah tujuan kita kepada generasi,” pintanya.
Sambungnya, “Lebih-lebih, kompetensi ilmunya mengisi leading sektor yang ada pada kearifan lokal, tentu potensi kemakmuran makin dirasakan oleh masyarakat lokal,” katanya lagi.
Samirudin yang juga Lulusan Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Dr. Soetomo ini, mengatakan bahwa salah satu kemajuan pembangunan di daerah dilihat dari minimnya angka pengangguran, dan munculnya jumlah lapangan kerja baru, dan yang paling utama kompentensi ilmu.
Lebih lanjut, bicara dunia pendidikan dilihat siapa pemimpinnya, terlebih peran pendidik ataupun pembimbing perihal eksplorasi dan eksploitasi siswa-siswi yang tepat guna dan sasaran.
“Didikan dan pembinaan itu harus, agar figur generasi kedepan punya kompetensi keterampilan dilapangan,” sarannya.
Tak sungkan, Samirudin kisahkan saat jabat Kepsek SMKN 2 Kaimana. Kata dia, gemblengan visi-misi harus punya target, dan kompleks antara kearifan lokal dengan kompentensi ilmu.
“Visi-misi SMK/SMA itu jelas penting, ini rel sebagai pijakan, jadi tidak lagi meraba-raba apa tujuan dan target kedepan,” tegasnya.
Terutama SMK, Projek harus jelas arahnya. Samirudin mengungkapkan, ada dua ending dari Projek SMK, pertama mampu membuka lapangan kerja/usaha mandiri; kedua, kompentensi bidang ilmu pada dunia industri manapun, disertai budi pekerti yang luhur.
Selain itu, Samirudin juga sebut poin penting keberhasilan dunia pendidikan yaitu adanya koordinasi yang baik, juga peran Pemerintah Daerah (eksekutif), DPRD (legislatif), pemilik industri, toko adat, toko agama, toko masyarakat, orang tua murid, toko pendidikan, juga civitas akademik yakni siswa, lembaga internal sekolah, organisasi siswa (osis), guru dan staf.
“Jangan lepas dari target, ada jangka pendek, menengah dan jangka panjang, dan harus juga di pantau setiap seminggu,” paparnya.
Syarat potensi pendidikan, tak lepas dari investasi waktu, agar segala upaya bisa terlihat jelas. Begitupun potensi pendidikan di Busel. Belum akrabnya mekanisme dan sinkronisasi antara Pemerintah Daerah (Pemda) dengan pihak pendidik. Secara tidak langsung, koefisien kearifan lokal dengan dunia pendidikan di Busel musti dimulai (start,red) dari Nol, target dia.
Samirudin, tak lain putra daerah Kabupaten Buton Selatan (Busel) ini, menuturkan bahwa keterlibatan membangun daerahnya, semata-mata lahir dari niat tulus. Ia berharap, daerahnya bisa maju pesat seperti daerah-daerah lain di Indonesia.
Cerminan potensi SDM sebuah konstruktif yang tentu tidak semudah yang dipikirkan. Tanpa terkecuali seorang pemimpin yang komitmen, dengan cara pandang yang kolektif demi kemakmuran sesuai potensi daerah tersebut.
Reporter : ATUL