PT Vale IGP Pomalaa Dorong Nilai Tambah Kakao Lewat Pelatihan Olahan Cokelat di Kolaka
KOLAKA, TRIASPOLITIKA.ID – Tak sekadar fokus pada tambang nikel, PT Vale Indonesia Tbk melalui proyek Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa terus menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan masyarakat.
Salah satunya dengan menyelenggarakan pelatihan pengolahan kakao bagi para petani di Desa Silea, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, yang digelar pada 1–2 Oktober 2025.
Program yang menjadi bagian dari kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani dalam mengolah biji kakao menjadi produk bernilai tambah tinggi, seperti cokelat batangan, bubuk minuman, hingga kue olahan berbasis kakao.
Dari Biji Mentah ke Produk Bernilai Jual Tinggi
Selama ini, sebagian besar petani di wilayah Kolaka menjual hasil panen kakao dalam bentuk biji mentah dengan harga yang relatif rendah. Melalui pelatihan ini, para peserta diperkenalkan pada cara mengolah biji kakao menjadi produk siap konsumsi yang bernilai ekonomi jauh lebih besar.
Amrizal, salah satu pemateri dalam pelatihan tersebut, menuturkan bahwa potensi kakao di Kolaka sangat besar, namun belum dioptimalkan sepenuhnya oleh petani.
“Selama ini hampir 100 persen petani kita belum tahu bagaimana cara mengolah biji kakao supaya bisa dinikmati dalam bentuk produk akhir. Padahal, dari satu kilogram biji kakao kering bisa diolah menjadi sekitar dua kilogram cokelat batangan,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan ukuran 20 gram per batang, hasil olahan dari satu kilogram biji kakao bisa menghasilkan sekitar 100 batang cokelat. Jika dijual seharga Rp10.000 per batang, petani dapat meraup nilai tambah hingga Rp1 juta, jauh lebih besar dibanding menjual biji mentah.
“Produk yang kami buat memiliki kadar kakao 50 persen, jauh lebih tinggi dibanding produk pabrikan. Inilah yang menjadikan nilai tambahnya signifikan,” ujarnya.
Produk Turunan Kakao yang Bernilai Tinggi
Pemateri lainnya, Wahyudi, menekankan bahwa peluang ekonomi dari kakao tidak hanya terbatas pada produk cokelat batangan. Menurutnya, banyak produk turunan kakao yang memiliki pasar luas, seperti bubuk kakao untuk minuman, bahan baku kue, hingga minyak kakao yang digunakan di industri farmasi dan kosmetik.
“Yang penting adalah ketersediaan bahan dan alat. Dengan dua hingga lima kilogram biji kakao, petani sudah bisa berlatih membuat berbagai produk turunan. Ini membuka peluang usaha baru di tingkat rumah tangga,” ungkapnya.
Wahyudi berharap, keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini dapat menumbuhkan wirausaha baru berbasis produk lokal, sehingga petani tidak hanya bergantung pada harga jual biji kakao mentah di pasar.
Komitmen PT Vale untuk Kemandirian Ekonomi Masyarakat
Manager External Relation PT Vale IGP Pomalaa, Hasmir, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung kemandirian ekonomi masyarakat lokal.
“Kami ingin para peserta memahami seluruh proses pengolahan kakao dari biji menjadi produk akhir seperti cokelat, yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Diharapkan keterampilan ini bisa langsung dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,” kata Hasmir.
Hasmir menambahkan, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga langkah strategis untuk mendorong ekonomi sirkular berbasis potensi lokal di wilayah operasi PT Vale.
“Kami percaya bahwa penguatan kapasitas masyarakat lokal adalah fondasi penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Membangun Desa Produktif dan Mandiri
Melalui kegiatan PPM seperti pelatihan olahan kakao ini, PT Vale Indonesia berupaya menanamkan semangat inovasi di kalangan petani agar tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga pelaku usaha yang mampu menciptakan nilai tambah dari hasil bumi mereka sendiri.
Program ini menjadi salah satu bentuk nyata bagaimana perusahaan tambang dapat berkontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat sekaligus mendukung pembangunan daerah secara berkelanjutan.
Dengan sentuhan inovasi dan dukungan dari PT Vale, Desa Silea diharapkan dapat tumbuh menjadi sentra olahan kakao yang tidak hanya menghasilkan produk unggulan lokal, tetapi juga menjadi contoh sukses transformasi ekonomi berbasis potensi masyarakat.







