Obituary H. Syarifudin Baso Rantegau

waktu baca 4 menit

SOSOKNYA tenang dan bersahabat kepada semua orang, serta jiwa sosial tinggi. Itulah yang terkesan dari H.Syarifuddin Baso  Rantegau, atau kerap disapa H.Tontong.

  • Oleh: Ridwan Demmatadju
  • Citizen Journalist Kolaka

Saya mengenal dekat dengan beliau, karena profesi saya saat itu sebagai jurnalis di Harian Kendari Pos di Kolaka. H.Tontong, pada medio 1999 diberi amanah sebagai Kepala Terminal Kolaka. Saat itu, terminal berdekatan dengan pasar lama kota Kolaka.

Dalam menjalankan tugasnya, tentu bukan hal yang sederhana, bagaimana mengatur arus bongkar muat barang dan penumpang antar kota dan lintas provinsi. Tak sedikit dia harus tegas terhadap sopir yang tak mau diatur oleh pihak terminal yang dibawah kendali Dinas Perhubungan Kabupaten Kolaka.

Saya kerap kali melihatnya dia memanggil sopir yang terkesan bandel tak mau diatur di ruang kerjanya di lantai atas bangunan kantor terminal. Kalau sudah dia yang turun tangan maka percaya saja, sang sopir tidak berani lagi berulah, dengan nada bicaranya yang tegas soal aturan membuat sejumlah sopir dibuatnya tak berkutik.

Saya bisa memahami kenapa dia bisa keras  kalau soal aturan hukum (baca:Perda). Pertama karena sebagai kepala terminal dia harus capai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya. Dari catatan saya selama dia jabat Kepala terminal selalu melampaui target. Maka wajar saja Bupati Kolaka saat itu, H. Adel Berty tak pernah menggeser posisinya di terminal.

Cerita soal terminal dimanapun itu, yang ditunjuk untuk jadi orang nomor satunya tentulah bukan orang sembarang ditempatkan disitu, karena terminal atau pasar identik dengan dunia orang-orang keras kepala yang mengandalkan adu kuat otot dan otak untuk menarik pengaruh di kalangan sopir dan preman di kawasan terminal.

Keberadaan H. Tontong membuat situasi selalu terkendali kendati tak sedikit juga terjadi perkelahian antara sopir. Pemicunya rebutan penumpang atau tersinggung, apalagi sehabis minum-minuman beralkohol. Baginya segala peristiwa kekerasan di terminal sudah dianggap lumrah dan selalu bisa ia atasi dengan cepat. Itulah kelebihan yang dimiliki H. Tontong yang juga seorang yang disegani karena kemampuan ilmu bela dirinya, sebagai karateka pemegang sabuk hitam.

Sejak saya kenal dan akrab dengannya, setiap kali saya berkunjung ke ruang kerja, selalu tersedia segelas kopi dan beberapa bungkus rokok kesukaanku. Menjalin hubungan kerja dengannya semakin tak berjarak lantaran dia dan keluarga besarnya masih punya hubungan keluarga dekat dengan PP.  Bittikaka, pemilik media cetak terbesar di Sulawesi Tenggara, dan itu terlihat ketika saya harus mengantar Binyamin Bittikaka, salah seorang anak dari Pak Bittikaka, yang menjabat sebagai GM Kendari Pos saat itu, mereka rupanya sudah saling kenal dan saya beruntung bisa diperkenalkan langsung bahwa ini wartawan Kendari Pos bertugas di Kolaka jadi dibantu jika ada hal yang dibutuhkan.

Begitu pesan GM Kendari Pos kepada H. Tontong, sejak itu pula saya tak sekedar jurnalis ketika datang ke kantornya tapi sudah seperti adik kaka yang harus saling menjaga sikap dan hormat kepadanya, bahkan saya banyak belajar dengan nya. Tentu banyak untungnya bisa dekat dengan orang nomor satu di terminal, saya bisa naik mobil anggkutan umum dalam kota dan luar kota tanpa bayar, walaupun saya menyodorkan uang sewa, kebanyakan sopir monolak untuk saya bayar. Kadang-kala saya berpikir uang saya tak laku di mata sopir angkutan umum di Kolaka.

Sepanjang perjalanan karirnya tak pernah bergeser di Dinas Perhubungan, sampai ia purnatugas sebagai abdi negara lalu terjun ke dunia politik di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kolaka, kemudian lolos menjadi anggota DPRD Kolaka. Sejak itu saya sudah jarang bertemu, hanya sesekali kami bertemu di suatu acara dan setiap kali  ketemu ia selalu menanyakan kabar dan kegiatanku saat ini sembari bercerita masa lalunya di terminal dengan kisah aneka warnanya, sampai kisah tewasnya Naje,sopir Kolaka -Boepinang yang diduga dianiaya oknum petugas kepolisian waktu itu.

Banyak cerita yang terasa berkesan bersama H. Tontong yang mendadak saya terima kabar kepergiaannya tadi pagi. Sosok yang selalu melayani semua orang ini, harus meninggalkan semuanya termasuk jabatannya sebagai Wakil Ketua DPRD Kolaka yang masih ia jabat sampai kabar kepergiaannya kuterima dan beredar luas di media sosial fesbuk dan WA.Sampai saat tulisan ini saya buat, baru saja tiba dari Kendari, setelah mendapat perawatan di sebuah rumah sakit di Makassar.

Prosesi pelepasan jenasahnya pun usai dilaksanakan di Gedung DPRD Kolaka untuk diserahkan kepada pihak keluarga.Tak ada yang patut saya ungkapkan selain rasa kehilangan yang mendalam atas kepergiannya untuk selama-lamanya, seiring tangis dan duka juga akan dirasakan oleh kerabat dan handai taulan di manapun juga berada.Akhir dari perjalanan hidupmu begitu terhormat di Bumi Mekongga.

Selamat Jalan Kakanda H.Syarifuddin Baso Rantegau.Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *