Bidan yang Meninggal akibat COVID-19 itu Bernama Asni Amisara
Feature
Keluarga Merengek baru Bisa Dipulangkan
Wanita itu merengek. Meminta sedianya jenazah sang adik dimakamkan di kediamanya, agar pihak keluarga juga bisa ikut menyaksikan pemakaman tersebut. ”Dia tenaga medis. Dia terpapar saat bertugas di Puskesmas. Bukan saat sedang bepergian,” ujar sang Kakak sambil merengaek meminta belas kasih petugas saat itu.
Dokter dan petugas menolak. Menurut mereka, jenazah tersebut adalah pasien COVID-19 jadi harus dimakamkan di tempat penguburan umum yang ada di Ulu ngolaka, Kota Kendari serta pemakamannya juga harus sesuai protokol COVID-19. Petugas justru menyarankan keluarga, untuk menerima aturan yang ada, yang telah ditentukan pemerintah.
Sang kaka terus menangis, dan menerima jenazah adaiknya untuk dimakamkan secara protokol COVID-19 asalkan di kediamannya yang ada di Keluarahan Lamekongga, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka. ”Kami terima dia dimakamkan secara protokol COVID-19 asalkan dimakamkan di kediaman kami pak, tolong pak,” pinta sang Kakak terhadap petugas disana.
Upaya sang kakak memulangkan jenazah sang adik agar sekiranya dapat disaksikan keluarga, akhirnya membuahkan hasil. Polisi dari Polda Sultra beserta dokter dari RS Bahtermas Kendari akhirnya sepakat untuk memulangkan jenazah sang bidan tersebut.
Dengan pengawalan ketat dari Kepolisian Polda Sultra, jenazah Asni Amisara (42) warga asal Keluarahan Lamekongga, Kolaka itu akhirnya dipulangkan ke kampung halaman-nya.
Iring-iringan roda empat milik Polisi mengantar jenazah petugas kesehatan itu. Ambulance yang mengantar jenazah Asni Amisara, mulai terdengar sejak memasuki kota Kolaka. Warga pada keluar rumah, ingin ikut menyaksikan sejarah pertama pasien di wonua mekongga yang yang meninggal dunia akibat terpapar virus corona.
”Jangan mendekat, tetap jaga jarak. Ini pasien COVID-19,” teriak salah seorang pegawai dari BPBD Kolaka, yang menginginkan masyarakat untuk menyaksikan jenazah almarhumah dari jarak jauh saja.
Mobil ambulance itu berhenti. Ada kiranya 10 menit hingga jenazah sang pahlawan medis tersebut dikeluarkan untuk digotong menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Ada sekitar enam orang berpakaian layaknya Astronot menggotong jenazah Asni Amisara, menuju ke liang lahak. Tak satupun keluarga di izinkan untuk menyaksikan pemakaman tersebut dari jarak pandang satu hingga dua meter.
Ada garis Polisi disana. Warga maupun keluarga hanya bisa menyaksikan dari jarak pandang 10 meter. Tidak terliahat jelas sedikitpun saat petih jenazah itu diturunkan keliang lahak.
Asni Amisara adalah pasien pertama di Kolaka yang meninggal akibat terpapar corona saat bertugas. Ibu satu orang anak ini, adalah pasien rujukan dari RS Benyamin Guluh Kolaka ke RS Bahtermas Kendari. Asni Amisara mendapat perawatan medis akibat penyakit gagal ginjal yang ia derita.
Begitulah kira-kira nasib pasien COVID-19. Dia harus diasingkan pada keluarganya sendiri. Untuk itu, pemerintah tidak henti-hentinya mengintruksikan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, dengan cara menjaga jarak, rajin mencuci tangan serta memakai masker saat berada di luar rumah.
Asni Amisara adalah contoh untuk kita, seorang petugas kesehatan yang selalu mensosialisasikan pentingnya protokol kesehatan, namun ikut juga terinfeksi virus corona.
Penulis: Dekri Adriadi